China Sangat Berperan Karena Memengaruhi Ekonomi Indonesia Daripada AS

China Sangat Berperan Karena Memengaruhi Ekonomi Indonesia Daripada AS

Bank Mandiri menilai, bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga akhir 2018 ini akan cenderung mengalami perlambatan di angka 5,16 persen. Perkiraan tersebut dinilai bahwa lebih lambat dari pertumbuhan yang dilakukan di awal tahun sebesar 5,3 persen.

Kepala Ekonomi Bank Mandiri yaitu Anton Gunawan mengatakan, perlambatan tersebut tidak lepas dari pengaruh kondisi perekonomian global yang bergejolak dan kebijakan moneter fiskal domestik yang mengalami perubahan.

“Forecast pada 2018 akan pada level tertentu, Seperti GDP (Gross Domestic Bruto) misalnya 5,3 persen jadi 5,16 persen,” ujar dia di Gedung Plaza Ekonomi, Jakarta, Kamis 30 Agustus 2018.

Terkait perekonomian global tersebut, Anton menjelaskan bahwa hal itu akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi negara-negara maju yang cenderung masih mengalami perlambatan, Seperti di Amerika Serikat maupun China.

Di mana, setiap pelemahan satu persen Produk Domestik Bruto (GDP) China, akan memengaruhi perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0,09 persen. Sedangkan untuk AS, memengaruhi sebesar 0,07 persen.

Sementara itu, dari sisi domestik, yang utamanya memengaruhi, kata Anton adalah perubahan kebijakan suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI-7 Day Reverse Repo Rate yang lebih agresif dari yang diperkirakan sebelumnya hanya akan menaikkan sebesar 4,75 persen hingga akhir tahun
“Yang tdinya kita pikir forecast paling 4,75 persen, ternyata berubah cepat, karena perkembangan harga komoditas, terutama minyak yang bergerak lumayan cepat. Kedua, terkait dengan depresiasi rupiah yang lebih cepat dari yang kita perkirakan sebelumnya,” ujar Anton.

Setiap pelemahan satu persen Produk Domestic Bruto (GDP) China, akan mempengaruhi perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0,09 persen. Sedangkan Amerika Serikat (AS) mempengaruhi sebesar 0,07 persen.

Sementara itu, dari satu sisi yaitu sisi domestik, yang utama memengaruhi adalah perubahan kebijakan suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI-7 Day Reverse Repo Rate yang lebih agresif dari yang diperkirakan sebelumnya hanya akan naik sebesar 4,75 persen hingga akhir tahun.

“Tadinya kita pikir forecast hanya sebesar 4,75 persen, eh ternyata berubah cepat karena perkembangan harga komoditas, apalagi dari sisi minyak yang bergerak lumayan cepat. Kedua, terkait dengan depresiasi rupiah yang lebih cepat dari yang kita perkirakan sebelumnya,” ucap Anton.

Perlambatan ini, menurutnya, masih akan berlanjut hingga tahun 2019, yang dimana pertumbuhan
ekonomi Indonesia hanya akan mencapai sebesar 5,10 persen. Itu termasuk dari memperhitungkan kenaikan suku bunga acuan BI yang sudah naik selama ini sebesar 125 basis poin.

“Sebab, efek kenaikan suku bunga acuan BI itu tidak langsung, itu akan membutuhkan 1,5 tahun efeknya. Jadi, kedepannya jelas itu menjadi faktor yang juga kita lihat pengaruhnya,” pungkasnya.

Comments

Popular posts from this blog

3 Manfaat Durian Untuk Kesehatan

Inilah 3 Makanan yang Bisa Memulihkan Kerusakan Paru-paru

Inilah 6 Fakta Menarik Dari Torehan Pemain Bulutangkis Indonesia di Asian Games 2018